Buleleng Festival (Bulfest) VII 2019 resmi dibuka oleh Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Dra Ni Wayan Giri Adnyani Msc, Selasa (6/8) malam. Pembukaan Bulfest VII 2019 yang bertemakan ‘Shining Buleleng’ (Buleleng Bersinar) semalam dimeriahkan atraksi Tari Panyembrama 500 Penari.
Acara pembukaan Bulfest VII 2019 tadi malam dipusatkan di Tugu Singa Ambaraja, Jalan Ngurah Rai Singaraja. Pembukaan dihadiri pula Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama Kemenpar Prof Dr Ir I Gde Pitana MSc, anggota tim Calender of Event Kemenpar Putu Nugraha MM, Kepala Bidang Area I (Bali) Asdep Pemasaran I Gerional III Diana Indriati SE MM, dan Staf Keuangan Sekretaris Deputi DBPP I Prita Megasari.
Dalam acara tersebut, Gubernur Bali Wayan Koster diwakili Staf Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Luh Made Wiratmi. Hadir pula undangan khusus dari Konsulat Jenderal Tiongkok. Sebelum pembukaan Bulfest VII 2019, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sempat mengajak rombongan Kemenpar bersama para undangan menyaksikan atraksi Tari Penyembrama 500 Penari.
Atraksi massal Tari Panyembrana 500 Penari dibawakan oleh para penari dari 9 kecamatan se-Buleleng. Atraksi Tari Panyembrama 500 Penari ini ditampilkan di sepanjang Jalan Ngurah Rai Singaraja (mulai dari depan panggung utama) hingga persimpangan Jalan Yudistira Singaraja sejauh 300 meter.
Setelah menyaksikan atraksi Tari Panyembrama 500 Penari, rombongan kembali menuju panggung utama pembukaan Bulfest VII. Di panggung utama juga ditampilkan atraksi seni Tari Pradwala Nilayam dan Tari Kolosal Ayuning Bhineka Sakti, persembahan dari Padempokan Seni Dwi Mekar.
Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani, dalam sambutannya mengatakan, kehadiran dirinya ke arean Bulfest VII ini sebagai bentuk komitmen dari pemerintah pusat terhadap pengembangan pariwisata Buleleng. “Kami sangat apresiasi kepada Buleleng yang secara kontinyu melaksanakan Bulfest hingga ketujuh kalinya,” jelas Giri Adnyani.
“Gelaran Bulfest ini sudah masuk dalam 100 Calender of Event di Kemenpar. Tentunya Kemendpar sangat mendukung upaya daerah dalam pengembangan pariwisata. Ini bisa menjadi contoh bagi dareah lain, bagaimana komitmen dari Pak Bupati Buleleng dalam penyelenggaraan Bulfest,” lanjut pejabat asal Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan ini.
Giri Adnyani juga menyinggung zona Milenial yang berada di areal Rumah Jabatan Bupati Buleleng di Singaraja. Keberadaan zona Milenial ini dinilai sebagai sebuah kepekaan terhadap perkembangan industri pariwisata. Pasalnya, pasar terbesar pariwisata saat ini adalah kelompok milenial, mencapai 51 persen. “Milenial sekarang ini adalah pangsa pasar terbesar pariwisata. Jadi, kami sangat mengapresiasi dengan upaya tersebut,” kata Giri Adnyani.
Sementara itu, Bupati Agus Suradnyana menyatakan bahwa memasuki tahun ketujuh penyelenggaraannya, Bulfest 2019 sudah menjadi festival yang diperhitungkan di tingkat nasional. Buktinya, Bulfest masuk sebagai salah satu agenda dalam Calendar of Event Kemenpar tahun 2018, dari 110 kegiatan pariwisata. “Kalau Shortcut selesai, berarti Buleleng akan dapat berkembang. Buleleng sudah siap dengan itu, baik dari sisi SDM, investasi, culture, seni budaya, maupun kulinernya yang beragam,” tegas Agus Suradnyana.
Menurut Agus Suradnyana, dalam setiap penyelenggaraan Bulfest, selalu ditampilkan kegiatan-kegiatan yang spesifik. Pada Bulfest VII 2019, diusung tema ‘Shining Buleleng’ yang artinya sudah saatnya Buleleng memiliki kebanggaan tersendiri. “Intinya, kami mengajak masyarakat Buleleng memiliki rasa kebersamaan. Dan, sudah saatnya Buleleng menujukkan apa yang dimiliki seiring dengan Bulfest masuk calender of event nasional,” papar Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan banjar yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.
Di sisi lain, Ketua Panitia Bulfest VI 2019, Gede Komang, menyatakan pihaknya mewajibkan gunakan Gong Pacek sebagai perangkat kesenian khas Buleleng. Selain itu, dalam Bulfest tahun ini juga ditampilkan kolaborasi kesenian tradisional Gong Kebyar Dauh Enjung dan Dangin Enjung, yang akan membawa pakem berbeda.
Dari Dangin Enjung terdapat nama besar pengawi kesenian, seperti Gde Manik dan Pan Wandres. Adapun kesenian hasil garapan Dangin Enjung, antara lain, Tari Terunajaya, Tari Legong Kekebyaran, dan Tari Cenderawasih. Sedangkan dari Dauh Enjung, ada nama besar Ketut Mardana dan I Putu Sumiasa, dengan garapan seni seperti Tari Wiranjaya, Tari Merpati, dan Tari Nelayan khas Buleleng.
“Jadi, kami ingin mengembalikan (kesenian) yang asli. Bapak Bupati juga mempunyai harapan yang sama, sehingga antara kesenian tradisional dan modern (musik, band) bisa tampil seimbang dalam Bulfest,” tagas Kadis Kebudayaan Buleleng ini. *k19