BULELENG Festival 2015 yang diselenggarakan sejak Selasa (4/8/2015) lalu, resmi ditutup Sabtu (8/8/2015) petang. Festival seni dan budaya Buleleng itu, ditutup langsung Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana.
Buleleng Festival pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012 lalu, dan kini telah memasuki tahun ketiga. Meski telah memasuki tahun ketiga, diakui masih ada hal-hal yang harus disempurnakan dalam pelaksaan festival. Sehingga festival memberikan dampak bagi masyarakat luas, khususnya dampak ekonomi.
Ketua Panitia Buleleng Festival 2015, Gede Suyasa mengungkapkan, pada Buleleng Festival tahun ini ada 84 sekaa, sanggar, serta komunitas yang tampil. Mereka tampil di Panggung Utama, Puri Seni Sasana Budaya, serta Puri Kanginan. Para penampil itu pun mendapat apresiasi positif dari masyarakat.
Gede Suyasa mengatakan, sampai dengan pukul 17.00 Sabtu tadi, transaksi ekonomi di areal Buleleng Festival telah mencapai Rp 1,32 miliar.
“Rata-rata stand kuliner kewalahan melayani pembeli. Demikian juga dengan stand-stand UKM dan IKM, barang-barangnya laku terjual,” ungkap Suyasa.
Suyasa menyatakan Buleleng Festival diharapkan terus menampilkan semangat berkesenian di masyarakat, utamanya seni tradisi. Apalagi kini di desa-desa maupun sanggar-sanggar seni, semangat berkesenian terus tumbuh.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dalam sambutannya mengungkapkan, saat ini masih ada segelintir masyarakat yang belum puas dengan event-event festival yang diselenggarakan pemerintah.
“Ini tetap harus disempurnakan dan dievaluasi supaya lebih optimal lagi. Walau saat ini sebagian besar masyarakat menyatakan sudah baik dan memberikan dampak, baik itu dalam ekonomi maupun berkesenian,” ungkap Putu Agus Suradnyana.
Bupati Agus Suradnyana menambahkan, Buleleng Festival akan masuk sebagai kalender event tahunan, yang digelar pemerintah daerah. Buleleng Festival juga diharapkan tetap pada semangat awalnya, yakni melestarikan serta mendokumentasikan seni dan budaya di Buleleng, khususnya seni tradisi.
“Semoga festival ini jadi akselerasi kunjungan pariwisata ke Buleleng, sehingga bisa berkontribusi pada kemakmuran,” demikian Agus Suradnyana. (*)